Buku ini didedikasikan untuk mengingatkan kembali generasi kita pada bagaimana terwujudnya janji Rasulullah SAW dan bagaimana “Pedang Allah” menyobek persia yang angkuh.
Kisah ini akan dimulai dari peristiwa wafatnya seorang Nabi yang Mulia, Rasulullah Muhammad SAW. Dalam sebuah hadits riwayat Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah, Anas berkata:
“Tatkala hari kedatangan Rasulullah SAW di Madinah, segala sesuatu menjadi terang. Sebaliknya, tatkala hari wafatnya beliau, segala yang ada menjadi gelap kembali.”
Awan mendung menaungi Madinah Al-munawwarah pada hari senin 12 Rabi’ul awwal tahun 11 Hijriyyah, bertepatan dengan senin 8 Juni 632 Masehi. Ketika itu Nabi dan Rasul terakhir yang diutus tuhan seru sekalian alam, Muhammad SAW, Wafat.
Kesedihan merundung Madinah, persis seperti yang diungkapkan oleh Ummu aimah, pengasuh Rasulullah SAW semasa kecil. Dalam hadits riwayat muslim dan ibnu majah, Ummu aimah ditanya tentang mengapa ia menangis saat Rasulullah SAW wafat.
Ia menjawab:
“Saya tahu bahwa Nabi SAW suat saat pasti wafat. Akan tetapi, yang menjadikan saya menagis adalah karena wahyu tidak lagi turun kepada kita.”
“Ketika Rasulullah SAW wafat, kaum Muslimin terguncang. Di antara mereka ada yang terkejut, kemudian menjadi bingung. Di antara mereka ada yang terduduk hingga tidak mampu berdiri.”
Kita pasti mengenal seorang sahabat Rasulullah SAW yang gagah perkasa dan tangguh, Khalid bin Walid. Rasulullah SAW sendirilah yang memberikan gelar “Pedang Allah” (Saifullah) kepadanya karena kecerdasannya dalam menyusun strategi perang. Pada Perang Uhud, ketika masih musyrik, Khalid bin Walid dan kecerdikannya menyisipkan teror kedalam barisan pasukan Islam yang dipimpin oleh Rasulullah SAW.
Saat itu pasukan Islam “terlihat” sudah memenangi pertempuran, karena mereka sudah merangsek maju hingga perkemahan pasukan kafir Quraisy. Sayangnya, pasukan pemanah yang diperintahkan Rasulullah SAW untuk tetap berjaga diatas bukit, turun ke medan perang untuk mencari harta rampasan perang (ghanimah). Mereka telah mengabaikan perintah komandan mereka, Rasulullah SAW. Saat itulah bencana terjadi.
Rasulullah SAW, pernah mengutusnya untuk menghancurkan berhala Uzza. Khalid pun meluluhlantakkan wibawa berhala itu hadapan penyembanya. Ia hancurkan Uzza. Setelah itu berkata,” Aku mengingkarimu. Kamu tidak Maha Suci. Sesungguhnya Allah telah menghinakanmu”. Kemudian Khalid bakar Tuhan jahiliyah itu (Sirah Nabawiyyah oleh Ibnu Katsir: 3/597)
Aku telah turut serta dalam seratus perang atau kurang lebih demikian. Tidak ada satu jengkal pun di tubuhku, kecuali terdapat bekas luka pukulan pedang, hujaman tombak, atau tusukan anak panah. Namun lihat lah aku sekarang, akan wafat diatas tidurku. Maka janganlah mata ini terpejam (wafat) sebagaimana terpejamnya mata orang-orang penakut. Tidak ada suatu amalan yang paling aku harapkan daripada laa ilaaha illallaah, dan aku terus menjaga kalimat tersebut (tidak berbuat syirik).
(Khulashah Tadzhib Tahzibul Kamal oleh Shafiyuddin Al-Anshari, Hlm:103)
Untuk seluruh generasi Islam, Jangan pernah lupa, Islam memiliki orang-orang hebat, cukuplah kita bercermin kepada mereka.
Bendera perang dibawa oleh Zaid, lalu ia berperang hingga syahid. Kenudian bendera diambil oleh Ja’far, dan ia berperang hingga syahid. Setelah itu, bendera perang dibawa oleh pedang di antara pedang-pedangnya Allah (saifullah – yakni Khalid bin Walid) hingga Allah memenangkan kaum muslimin.
Khalid mengisahkan dahsyatnya Perang Mu’tah dengan mengatakan, “Sembilan pedang ditanganku telah patah. Tidak tersisa kecuali pedang buatan Yaman.”
(HR. Bukhari, dalam Kitab Al-Maghazi, Bab Ghazwatu Mu’tah min Ardhi Syam: 4017)
Komik seperti ini darurat untuk dihadirkan di tengah-tengah para superhero fiktif yang menawarkan imajinasi pada anak-anak muslim. Islam memiliki tokoh-tokoh luar biasa yang mengukir prestasi dalam sejarah. Mereka Bukan Fiktif, dan yang terpenting, mereka adalah orang-orang yang beriman pada Allah dan Rasul-Nya.
(Ardian Syaf, Comic Artist)
Kombinasi yang menakjubkan antara hasil riset verbal visual dengan imajinasi komunikusnya, Muatan imajinasi adalah keniscayaan komik sebagai wacana visual, sekeras apapun ia dioreintasikan pada fakta. Tetapi justru imajinasi itualh yang membuat komik efektif melamppaui fungsi kognisi, ialah membentuk afeksi (baca:mentalitet, motivasi, kebanggan, harga diri) pembacanya.
(Ahmad Antarwirya, Kartunis, Dosen Seni Rupa & Desain)
Mengandung visual yang menawan, membuat pembaca bisa menikmati sejarah dengan asik!
(Wahyu Aditya, Pendiri HelloMotion Acedemy)
Rincian Produk
Judul : Komik Khalid bin Walid
Penulis : Handri Satria
No ISBN : 9786021695333
Cover : Art Cartoon
Isi : 158 Halaman
Ukuran : UB-08 ( 14.00 x 21.00 )
Berat : 200 gr
Harga : Rp 63.000,00